Riwayat Hidupnya

Lahir pada tahun 384 sebelum masehi di Stageria, bapaknya seorang dokter maka dari beliaulah Aristoteles tertarik akan bidang ilmu pengetahuan empiris, dan pada usia 17 tahun ia dikirim ke akademia Plato untuk belajar disana dan selama 20 tahun ia belajar disana hingg ai mengajar bidang Logika dan retorika. Namun pada perkembangannya ia tidak menyetujui pendapat Speusippos yang pada saat itu pemimpin akademia, ia berpendapat filsafat identik dengan matematika. Lalu Aristoteles bersama temannya Xenokrats meninggalkan Athena menuju ke Assos untuk mengadu nasib disana dan ia akhirnya banyak melakukan penelitian dibidang biologi dan zoologi.

Pada tahun 342 Aristoteles diundang raja Philippos dari Makedonia untuk mendidik anaknya yang bernama Alexander yang berusia 13 tahun agar nantinya siap menjadi pemimpin. Pada saat Alexander diangkat menjadi raja maka Aristoteles kembali ke Athena.

Aristoteles mendirikan perpustakaan dan ii merupakan perpustakaan pertama dalam sejarah manusia. Ariftoteles meninggal pada usia 62/ 63 tahun.

Aristoteles tentang Logika

Pada awalnya memang Aristoteles tidak memunculkan istilah Logika dalam karyanya, yang pertama kali memperkenalkan istilah Logika ini adalah Alexander Aphrodisias pada abad 3 masehi dalam arti yang sekarang ini berlaku yaitu ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran. Namun sebelumnya pada abad 1 sebelum masehi oleh Cicero Logika diartikan sebagai seni berdebat. Aristoteles sendiri mengungkapkan tentang Analitika yaitu suatu penyelidikan tentang argumen yang bertitik tolak pada putusan-putusan yang benar dan Dialektika yaitu penyelidikan tentang argumen yang bertitik tolak dari hipotesa/ putusan yang tidak pasti kebenarannya.

Aristoteles membagi 3 golongan ilmu pengetahuan yaitu pertama, Praktis : etika dan politik. Kedua, Produktif : menghasilkan karya (teknik dan seni). Ketiga, Teoritis : Fisika, matematika, dan metafisika. Sedangkan Logika menurut Aristoteles bukanlah Ilmu pengetahuan melainkan alat (Organon). Logika adalah alat yang mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah, dan alat untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan. Logika memang dari dahulu sudah ada namun Aristotels-lah yang pertama menyusun secara sistematik

Menurut Aristoteles pengetahuan dapat dihasilkan melalui 2 metode, yaitu metode Induksi, yaitu dari kasus yang khusus sifatnya ke pengetahuan umum. Dan metode kedua yaitu Deduksi yaitu dari 2 kebenaran yang tidak diragukan kebenarannya dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran ke 3. Ia beranggapan bahwa pengetahuan yang melalui metode Induksi tergantung dari pengetahuan indrawi, sedangkan Deduksi tidak tergantung pengetahuan inderawi dan ini merupakan jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Untuk memperaktekkan deduksi Aristotels memperkanalkan Silogisme

Aristoteles tentang Fisika

Dalam ajarannya ini ia memperkenalkan berbagai macam Gerak (tentunya gerak yang dimaksud disini tidak melulu gerak suatu benda tetapi mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar arti harfiah gerak). Ada 2 macam gerak yaitu gerak karena kekerasan seperti orang melempar batu, dan gerak spontan menurut kodrat. Dari sini ia membagi lagi macam-macam gerak, yaitu pertama, Gerak Substansial, yaitu gerak dari 1 substansi menjadi substansi lain, seperti air menjadi uap. Kedua, Gerak aksidental, yang menyangkut salah satu aspek saja, dan ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu : pertama, Gerak Lokal, yaitu gerak dari lokasi A ke lokasi B, kedua, Gerak Kualitatif, secara kualitas berubah seperti kertas putih berubah menjadi kuning, ketiga, Gerak Kuantitatif, seperti pohon yang tumbuh.

Tentunya dari setiap gerak ini ada penyebabnya dan tugas ilmu pengetahuan mencari setiap penyebab kejadian. Ada 4 macam penyebab, yaitu :pertama, Penyebab Efisien, merupakan sumber kejadian, faktor yang menjalankan kejadian (pelaku, subjek). Kedua, Penyebab Final, yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian/ tujuan yang akan dicapai.Ketiga, Penyebab Material, yaitu bahan yang dipakai atau darimana bahan itu dibikin. Keempat, Pnyebab Formal, yaitu bentuk yang menyusun bahan.

Aristoteles juga percaya bahwa dalam dunia ini semua mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatannya, dan berdasarkan tujuan itu dunia ini berjalan dengan harmonis.

Aristoteles tentang Manusia

Lain halnya dengan Palto, aristoteles mengatakan bahwa Jiwa dan Tubuh merupakan suatu kesatuan dan ia menganggap bahwa Jiwa merupakan suatu yang fundamental dan mempunyai arti lebih luas, namun demikian tetap j\saja jiwa dan tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan demikian jika tubuh mati hancur maka jiwa pun akan mati bersama tubuh yang hancur.

Menurut Aristotels apa yang ditangkap oleh panca indera itu merupakan suatu yang real atau nyata dan dalam menangkap kenyataan itu manusia menggunakan 2 macam rasio yang dimilikinya yaitu rasio pasif yang hanya menerima essensi yang ada di realitas, dan dari tangkapan pancaindera itu rasio tadi harus melepaskan realitas itu dari bahan yang disajikan panca indera, maka muncul rasio aktif dan disini muncul abstraksi, dimana ada proses menarik benda real/ nyata itu menjadi suatu benda yang abstra yang mencapai hakekat dari benda tersebut. Sehingga hasil abstraksi itu sifatnya kekal dan terpisah dari yang nyata tadijadi dapat disimpulkan rasio aktif sifatnya baka dan rasioa pasif sifatnya binasa. Aristoteles mengatakan bahwa rasio aktif itu adalah Tuhan dan jiwa harus dibedakan dari kedua rasio ini.

Aristoteles tentang Metafisika

Istilah metafisika tidak dipakai oleh Aristoteles, istilah ini diperkenalkan oleh Andronikos dari rhodos yang telah menerbitkan karya Aristoteles. Sedangkan Aristoteles sendiri mengatakan bahwa metafisika itu sebagai kebijaksanaan. Ilmu pengetahuan selalu mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab. Karena kebijaksanaan merupakan ilmu yang tertinggi, maka ilmu ini akan mencari prinsip-prinsip yang paling fundamental dan penyebab pertama, dilain karyanya ia mengatakan metafisika itu ilmu yang bertugas mempelajari “yang ada, sejauh ada”, dimana penyelif\dikan kenyataan secara menyeluruh mnurut aspek yang paling umum, tetapi sekali lagi metafisika menelaah kenyataan selurhnya sejauh “yang ada” merupakan sesuatu. Dengan lain perkataan, metafisika mempelajari kenyataan sebagai “adaan”. Di buku lainnya ia mengatakan metafisika adalah ilmu yang tertinggi mempunyai obyek yang paling luhur dan paling sempurna. Karena itu kalau terdapat suatu substansi yang tak terubahkan dan abadi, maka ilmu yang menyelidiki subastansi itu boleh dinamakan “ilmu pertama” atau “filsafat pertama”.

Aristoteles tentang Etika

Ia mengatakan bahwa manusia hidup ini mempunyai tujuan, dan tujuan yang ingin dicapai tidak lain hanyalah suatu tujuan antara untuk mencapai tujuan selanjutnya, dan Aristotelse mengatakan bahwa tujuan yang paling tinggi adalah mencapai kebahagiaan. Tugas etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaanyang telah dicapai dan ia juga mengatakan bahwa etika sebaiknya tidak dipelajari oleh orang muda, sebab mereka belum mempunyai pengalaman yang boleh disebut matang.

Menurut Aristoteles manusia akan mencapai kebahagiaan apabila ia menjalankan aktifitas secara baik, ia harus menjalankan aktifitasnya menurut keutamaan, hanya pemikiran yang disertai keutamaan dapat membuat manusia bahagia, dan dijalankan dalan jangka waktu yang panjang dan sifatnya stabil.

Ada 2 keutamaan menurut Aristoteles yaitu Keutamaan Moral,dilukisakan sebagai sikap watak yang memungkinakn manusia untuk memilih jalan tengah antara dua akstrem yang berlawanan. Dan keutamaan lainnya adalah KeutamaanIntelektual, dimana rasio manusai mempunyai 2 fungsi, disatu pihak berfungsi untuk mengenal kebenaran, dan dilain pihak rasio dapat memberi petunjuk suapay orang mengetahui apa yang harus diputuskan dalam keadaan tertentu. Dari sini ada 2 keutamaan yang menyempurnakan rasio, yaitu kebijaksanaan teoritis, yang merupakan suatu sikap tetap, yang mempunyai kebijaksanaan ini adalah orang yang terpelajar, dan untuk mencapai kebijaksanaan ini harus melalui pendidikan ilmiah yang panjang.Kebijaksanaan praktis, adalah sikap jiwa yang memungkinkan manusia untuk mengatakan yang mana dari barang-barang konkret boleh dianggap baik untuk hidupnya.

Aristoteles tentang Negara

Aristoteles mengatakan bahwa menurut kodrtanya manusia adlaah zoion politikon, Yaitu mahluk yang hidup dalam polis. Ia menambahkan bahwa tujuan polis adalah memungkinkan terciptanya hidup dengan baik. Keluarga bermaksud menjamin reproduksi hidup manusia dan memenuhi keperluan sehari-hari, dan desa yang menggabungkan keluarga-keluarga berusaha memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi keluarga tersebut. Beberapa Desa dipersatukan dalam satu negarayang berusaha memenuhi kebutuhan warga negaranya, oleh karena itu negara mempunyai tujuan supaya manusia hidup dengan baik dalam arti sepnuh-penuhnya.

Ada 3 macam bentuk negara yang dikatakan oleh Aristoteles yaitu Monarkis, ia menganggap tidak terlalu praktis, karena terdapat seorang yang jauh melebihi semua warga negara lain karena keunggulannya dalam kebijaksanaan sehingga kepemimpinan harus diserahkan padanya, sistem seperti ini memungkinkan adanya penyelewengan manjadi tirani. Aristokrasi, pemerintahan dipercayakan pada segelintir orang yang mutlak yang dianggap paling baik, namun didapati tidak selalu hal ini terjadi. Politeia, harus dipandang sebagai bentuk negara yang paling baik dalam praktek, yaitu bentuk pemerintahan yang moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar. Aristoteles menambahkan bahwa pemimpin yang baikadalah yang berasal dari kelas menengah sebab ia bisa menengahi kelas atas dan kelas bawah.

Daftar Pustaka

  1. Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, cet. 14, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1997
  2. Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, cet. 15, Penerbit Kanisius, yogyakarta, 1998
  3. Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, cet. 3, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986